“Mangga Tikus” begitu sih terjemahan bebas dari Judul tulisan saya kali ini, agak aneh bin lucu ya, kok ada mangga dinamai dengan nama hewan yang dianggap menjijikkan itu sih? Yah Mungkin itu tak lepas karena wujud mangga yang akan saya perkenalkan ini memang berukuran kecil dan berbentuk lonjong agak mengkerucut seperti tikus curut yang sering kita temui di kolong-kolong tempat sampah, sehingga demikian lah masyarakat di kampung saya memberinya nama.
Lalu, Kenapa juga sih saya bilang bahwa itu nama pemberian masyarakat di kampung saya? Benar kok, nama Poh Bikul adalah nama yang disematkan oleh warga kampung saya, karena memang hanya di kampung saya saja, Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, mangga ini bisa didapat. Jangan harap bisa mendapat jenis mangga ini di daerah lain, Bahkan di desa Sawan yang bertetangga dekat dengan desa saya, masyarakatnya tidak mengenal jenis mangga ini. Jadi boleh lah saya bilang bahwa ini adalah jenis mangga yang cukup langka.
Baiklah sekarang saya akan memperkenalkan lebih lanjut tentang keunikan si mangga yang satu ini. Seperti yang sudah saya sebut di atas, ukuran mangga ini memang super mini, rata-rata panjangnya tidak lebih panjang dari jempol tangan saya, dan kalo ada yang bisa mencapai panjang jari telunjuk saya maka saya menganggap sudah mendapat kan mangga yang berukuran besar. Warna mangga ini hijau bahkan ketika sudah sangat masak, warna kulitnya tidak akan berubah menjadi merah jingga atau kuning seperti mangga jenis lainnya. Bila melihat wujudnya sekilas orang bisa-bisa menganggap itu adalah mangga udang yang terkenal dari Medan, tapi seingat saya dulu mangga Udang medan akan berwarna kuning cerah saat buahnya sudah masak sempurna.
Foto 1: Poh Bikul, tebalnya tidak lebih dari tepian nampan
Lantas apa sih keistimewaan dari buah
mangga ini sehingga saya kok mau repot-repot membuat tulisan di blog ini hanya
untuk memperkenalkan mangga yang kecil-kecil tersebut. Nah untuk mengetahui
keistimewaan buah ini memang harus dicoba memakannya dulu, jangan pandang
bentuknya yang kecil mungil itu ya, karena rasanya itu loh sangat manis legit
dan berair khas rasa buah mangga.
Mungkin ada pembaca yang akan protes lagi, kalo Cuma yang rasanya manis dan legit kan buah mangga jenis lain juga banyak yang rasanya manis dan legit malah dengan ukuran yang jauh lebih besar pula.
Mungkin ada pembaca yang akan protes lagi, kalo Cuma yang rasanya manis dan legit kan buah mangga jenis lain juga banyak yang rasanya manis dan legit malah dengan ukuran yang jauh lebih besar pula.
Foto 2: Wujud si Mangga Tikus dilihat dari atas
Eits.. sabar dulu bro.. jangan protes dulu... Sekarang saya beri tahu nih rahasia
keistimewaan si mangga tikus ini. Pertama-tama untuk menikmati mangga ini
singkirkan semua pisau yang biasa kita pakai untuk mengupas buah. Lalu singkirkan
pula segala piring, garpu dan alat-alat makan lainnya. Yang kita perlukan untuk menikmati
buah ini hanyalah tangan dan mulut. Langkah berikutnya ambilah satu buah mangga
yang sudah masak, abaikan ukurannya, Lalu genggam dengan sebelah tangan,
kemudian pencet-pencet buah tersebut sehingga
kempes dan terasa berair di bagian dalamnya. Gigit sedikit bagian
pangkal buah hingga ada lubang kecil di kulit buah, nah dari lubang kecil itu
sedot lah isinya, maka cairan manis nan segar akan segera tercecap ke lidah kita seolah Jus Mangga
segar yang langsung terhidang dari buah aslinya... Hmmmm.. kalo sudah demikian teruskan lah menyedot isi
buahnya.. nikmati tiap sedotannya hingga cairan yang ada dari dalamnya
terseruput habis, coba juga pijat-pijat
lagi untuk memastikan bahwa semua sari buah tidak ada yang tertinggal. Bila
sudah habis, jangan buru-buru dibuang, sobeklah kulit buah mangga hingga
bijinya terlihat terlepas dari kulit, kemudian gerogoti bagian berserat yang
masih tersisa menempel di kulit dan bagian buahnya, sensansinya tidak kalah
dari sensasi menyedot sari buah mangga ini.
Foto 3: Poh Bikul yang sudah dan belum dikupas.
Bandingkan ukurannya dengan ukuran jempol istri saya
Bagi saya pribadi, sensasi cara
mengkonsumsinya lah yang membuat mangga ini menjadi special; tidak ada duanya
dan tidak dapat saya temukan pada mangga jenis lain. Setiap gigitan dan
kenyotannya mampu menerbangkan saya jauh ke masa puluhan tahun lalu saat masih
bocah tinggal di kampung halaman, menikmati mangga ini bersama saudara-saudara
sepupu di kala musim mangga tiba. Bahkan sampai sekarang, meski sudah
dikaruniai 3 orang anak pun saya masih menikmati mangga ini dengan cara
demikian, juga kalau ada handai taulan yang saya beri mangga ini sebagai
oleh-oleh maka tak lupa juga saya contohkan cara untuk menikmatinya.
Ibu saya
sejak dulu hingga sekarang selalu melarang kami anak-anak nya untuk makan
mangga ini dengan cara seperti itu, beliau selalu menyiapkan pisau; piring dan
garpu serta selalu sigap mengupaskannya untuk kami, namun maaf kan kami ya ibu,
untuk buah yang satu ini kami terpaksa mengabaikan larangan mu.
Kembali ke soal langkanya mangga Poh Bikul
ini, kebetulan di Koran lokal Bali juga pernah dimuat artikel Mangga Khas desa
kami itu, ini saya tampilkan fotonya :
Percaya kan kalo mangga ini termasuk jenis langka, bahkan di kampung saya ternyata tinggal tersisa 13 pohon saja. Satu cerita lagi dari saya, pohon mangga Poh Bikul ini memang sulit untuk dibudidayakan, menurut para pemiliknya mangga jenis ini tidak dapat dikembangbiakan dengan biji, melainkan harus dengan teknik cangkok dan itu pun lebih sering tidak berhasil. Orangtua saya dulu, di Jakarta, pernah mencoba mengembangbiakannya dengan biji, berhasil tumbuh dan berbuah, namun buah yang dihasilkan tidak sama dengan yang asli tumbuh di desa kami, yang ditanam orangtua saya hasil buahnya berukuran besar dan rasanya asam.
Pokoknya, mangga ini memang unik dan bikin ketagihan deh, menikmati satu buah saja pasti tidak akan terpuaskan. Penasaran? sementara ini saya tampilkan foto-fotonya saja ya, kapan waktu kalo kebetulan berwisata ke Bali tepat di musim mangga, silakan datang ke kampung saya ya... yuuukk… mari... kita menikmati sensasi Poh Bikul.
Keterangan: Foto 4, dari berita di koran Lokal Bali, saya unduh dari laman FaceBook saudara saya @ Putu Artawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar