Selasa, 15 Juli 2008

"YANG PENTING KOL MAENING"

“Yang penting kol maening pak!”, ujar Rizky, salah seorang sahabat yang selalu menemani dalam tiap kegiatan eksplorasi saya. Mulanya saya tidak mengerti apa yang dia maksud dengan pernyataannya tadi. Namun jadi jelas ketika lebih lanjut ia menceritakan bahwa baginya dan juga kawan-kawannya, bekerja di sebuah perusahaan pertambangan batubara (Coal Mining) adalah cita-cita yang mereka dambakan.

Bagi sahabat-sahabat saya Rizky ; Rais ; Adar ; Eddy, (pekerja harian yang saya recruit dari penduduk sekitar lokasi proyek tempat saya bekerja), tidak perlu lah mereka kedudukan tinggi, tidak usah jabatan-jabatan dengan sebutan mentereng. Sudah lah cukup apabila mereka bisa diterima bekerja di perusahaan yang bernama belakang memiliki embel-embel ‘coal mining’, walaupun hanya sekedar posisi pekerjaan unskilled labour semacam waker, office boy, checker, helper, dan sebagainya yang tergolong strata terbawah dalam struktur organisasi kerja perusahaan.

Begitu sederhana kah? Ya sesederhana itu. Pandangan Risky dan kawan-kawan dalam menggarisbawahi cita-cita dan tujuan masa depannya mungkin juga mewakili pandangan hidup sederhana dari sebagian besar masyarakat yang ada di daerah ini.

Mungkin saya harus banyak memaklumi pandangan tersebut. Tidak cukupnya kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi, ditambah lagi dengan seolah tertutupnya berbagai kesempatan karena ketimpangan pembangunan, membuat harapan untuk menjadi karyawan di perusahaan pertambangan (apa pun posisinya) bisa jadi merupakan suatu batu loncatan untuk mendapatkan legitimasi akan masa depan yang terjamin.

Obrolan saya dengan Rizky pada awal tulisan ini, berlangsung medio Juni tahun 2008, di tengah hutan belukar, di pelosok wilayah Kutai Timur, propinsi Kalimantan Timur.

Beribukota di Sangata, Kabupaten Kutai Timur dalam pengamatan saya adalah merupakan sebuah daerah yang memiliki sumber alam yang teramat kaya.


Ya, .. di Kabupaten inilah terdapat lokasi tambang batubara terbesar di Dunia yang dimiliki oleh PT. KALTIM PRIMA COAL (KPC).

Foto 1. Kegiatan di salah satu lokasi tambang KPC.

PT. KPC ini sendiri kepemilikan sahamnya dikuasai oleh BUMI RESOURCES, yang membeli 95% saham kepemilikan dari konsorsium Beyond Petroleum (UK) dan Rio Tinto (UK & Australia), dan belakangan BUMI RESOURCES menjual 30% sahamnya di PT. KPC dan PT. ARUTMIN kepada Tata Group dari India.

Sedangkan BUMI RESOURCES, sahamnya dimiliki oleh Bakrie Capital Indonesia yang merupakan salah satu anak perusahaan dari Kelompok Usaha Bakrie.

Sebagai perusahaan yang memiliki tambang batubara terbesar di dunia (dalam satu lokasi), KPC memiliki kinerja produksi yang luar biasa besarnya.

Mempekerjakan 3645 ORANG karyawan dan meliputi area kerja tambang seluas 90.938 ha, KPC menghasilkan produksi batubara sekitar 50 juta ton pertahunnya (2006 memproduksi 38,8 juta ton). Dan dengan harga pasaran batubara saat ini di kisaran US $ 65 per ton (masih mungkin naik, seiring naiknya harga minyak mentah dunia), bisa dibayangkan bagaimana makmurnya perusahaan ini. Dapat dikatakan hingga saat ini, KPC lah yang merupakan motor utama penggerak laju perekonomian di Kabupaten Kutai Timur.

Mengunjungi perumahan karyawan KPC di Kota Sangata dan Tanjung Bara (khusus level manajer & Ekspatriat) bisa dilihat jajaran rumah yang tertapa amat rapih, terawat, serta lengkap dengan berbagai sarana dan prasarana yang amat memadai, seperti Sekolah, Sekolah Internasional, Sarana Penjernihan Air, rumah sakit, rumah ibadah, gedung pertemuan, sarana olahraga, dan ruang terbuka (Town Hall), menjadi cermin bahwa kemakmuran perusahaan tersebut juga mengalir bagi kemakmuran karyawannya.

Namun sudahkan kemakmuran itu bisa juga dirasakan oleh Rizky dan kawan-kawannya? Apakah kemakmuran hanya mengalir bagi karyawan KPC atau pun anggota keluarganya saja.

Saya percaya KPC adalah perusahaan yang bijak, bisa terlihat dari banyaknya dukungan dan sumbangan perusahaan ini bagi pembangunan banyak sarana dan prasarana fisik di wilayah Kutai Timur ini.

Saya juga percaya bahwa KPC adalah perusahaan yang bersih, yang taat untuk membayar pajak, serta royalty kepada pemerintahan pusat maupun daerah, yang tentu nantinya diharapkan dapat tersalur kepada masyarakat luas.


Saya pun yakin bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur juga telah berusaha menyalurkan pendapatan daerahnya untuk memajukan wilayah yang mereka pimpin. Buktinya bisa dilihat, pembangunan komplek Bukit Pelangi yang merupakan komplek gedung perkantoran bagi Pemda Kutai Timur. Komplek ini dibangun dengan amat megah, berikut sarana jalan rayanya yang lurus rapih dan beraspal mulus. Dapat lah komplek ini disejajarkan dengan komplek Gedung Perkantoran Pemda Kutai Kertanegara, yang merupakan gedung kantor pemerintahan daerah tingkat dua termegah di Indonesia.



Foto 2. Rambu Menuju Bukit Pelangi.






Foto 3. Jalan Menuju Bukit Pelangi, latar belakang komplek Bukit Pelangi


Namun di sisi lain yang berlawanan, masih banyak saya jumpai bahwa masyarakat di wilayah ini sebagiannya adalah masyarakat kurang mampu, yang hanya menjadi penonton pasif bagi kemakmuran bumi yang mereka pijak.

Mulusnya jalan di komplek Bukit Pelangi terlihat amat kontras dengan akses jalan di Kutai Timur di luar kota Sangata, terutama akses dari arah Bontang dan Wahau yang penuh dengan lubang-lubang besar dan berlumpur bila tersiram hujan. Itulah sebabnya, tak heran, kenapa Kutai Timur gagal berperan serta menjadi salah satu kabupaten penyelenggara kegiatan pertandingan di PON 2008 yang saat ini sedang berlangsung di Samarinda dan kota-kota lain di Kalimantan Timur.



Foto 4. Jalan Di Kutai Timur

Adakah kekayaan alam kita ini sudah diusahakan sebesar-besarnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat?, seperti yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negeri Ini?

Di tengah pergulatan pertanyaan di atas, termenung saya mendapati berita mengenai perseteruan antara PEMERINTAH PUSAT dengan pihak BUMI RESOURCES, perihal kepemilikan saham di KALTIM PRIMA COAL.

Dalam berita itu disebutkan bahwa menurut perjanjian kontrak pada tahun 2002, semestinya KPC sudah harus menjual 51% sahamnya kepada pemerintah pusat yang nantinya sebanyak 31% akan diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur.

Namun Entah karena sebab apa dan entah menyangkut kepentingan siapa, hingga kini Bumi Resources / KPC tampak masih enggan untuk melaksanakan kewajibannya tersebut, sehingga berlarut-larutnya penyelesaian permasalahan ini membuat pemerintah kita lantas mengajukan persoalan tersebut ke pengadilan Arbitrase Internasional di New York.

Mudah bagi saya membayangkan betapa jauh lebih besar keuntungan yang bisa didapat apabila sejak tahun 2002 lalu, 51% saham kepemilikan KPC telah dapat dikuasai pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten Kutai Timur.

Akhirnya, di tengah kegalauan, terbelalak mata saya membaca sebuah berita, mengenai salah seorang petinggi kita ; yang adalah pemilik dari suatu kelompok usaha besar ; yang menguasai saham pada sebuah perusahaan yang bernama Bumi Resources, dinobatkan menjadi Orang Paling Kaya se Asia Tenggara tahun 2008 (versi salah satu majalah ekonomi terkemuka), sementara itu di hadapan saya Rizky masih mencoba berkelakar tentang cita-cita sederhananya:”Yang penting kol maening Pak!”.







Sumber Data :
1. Blog Achmad Bintoro (
www.achmadbintoro.blogspot.com)
2. TEMPO Interaktif, Jakarta: ‘KPC diadukan ke Bapepam’, Jum’at 02 Maret 2007.
3. Laporan Tahunan KPC 2006 :
www.kpc.co.id
4. Foto-foto : Badan Pengelola Bukit Pelangi : bp.kutaitimur.go.id, dan pribadi.

Jumat, 11 Juli 2008

UKURAN vs DURASI

Pagi ini saya menerima sebuah email dari seorang kawan nun jauh di benua Amerika sana, berita yang saya terima adalah sebuah berita kematian. Namun Inilah berita kematian yang tidak saya sambut dengan rasa duka, sebuah berita duka cita (kalo boleh dibilang begitu) yang sambut dengan senyum geli bahkan hampir tertawa.

Apa pasal ? , karena tokoh yang meninggal ini, meski pun akrab namanya di telinga saya, namun saya lebih mengenangnya dari joke-joke yang sering saya dengar dan juga dari komentar-komentar ngawur sekitar kepiawaian tokoh yang meninggal tersebut.

Ya, saya baru saja menerima berita tentang meninggalnya Mak Erot, yang berpulang tanggal 28 Juni 2008 lalu, pada usia yang diperkirakan mencapai 131 thn.



Foto 1. : Mak Erot

Tulisan saya ini tidak hendak mengenang pribadi Mak Erot di massa hidupnya, atau pun menjadi obituary bagi kepulangannya, karena saya memang tidak mengenal beliau secara langsung maupun secara pribadi. Dan saya juga bukan salah seorang pasiennya, samasekali bukan. Bahkan saya tidak tahu harus mengkonfirmasi kepada siapa mengenai berita meninggalnya si Emak ini.

Berita meninggalnya Mak Erot akhirnya saya dapat setelah mencari di search engine, itu pun tanggal meninggal beliau masih simpang siur, karena ada yang mengatakan tanggal 5 Juli 2008, tapi ada juga yang menyebutkan tanggal 28 Juni 2008 seperti yang saya terima melalui email. Tampaknya si Emak, dalam meninggalnya pun masih memberikan aura misterius bagi masyarakat di seputar tempat tinggalnya.

Dulu sekali, saya mengira Bahwa Mak Erot ini hanyalah salah satu tokoh rekaan atau pun mitos dalam sejumlah joke yang saya dengar, sampai akhirnya saya sadari bahwa Mak Erot ternyata adalah tokoh yang nyata & eksis, kala suatu kali saya melihat acara Talk Show di televisi menghadirkan Mak Erot sebagai bintang tamu

Gambaran saya mengenai sosok Mak Erot yang erotis pun seketika sirna, yang saya saksikan adalah sosok wanita yang sudah teramat berumur dan renta, namun dengan segala keluguannya, beliau terlihat amat piawai menjawab pertanyaan dari pembawa acara, meski untuk itu beliau membutuhkan cucunya guna menterjemahkan pertanyaan si pembawa acara dalam bahasa Indonesia ke bahasa Sunda. (konon, episode talkshow ini sampai ditayangkan ulang oleh stasiun televisi, karena banyaknya permintaan dari pemirsa).

Di tengah wawancara, acara talk show tersebut dilengkapi pula dengan ilustrasi bahwa di sepanjang jalan menuju ke desanya - Kampung Cigadok, Kecamatan Cisolok , Pelabuhan Ratu - bertaburan klinik-klinik traditional yang mengaku-ngaku sebagai kerabat, anak, cucu atau pun kemenakan Mak Erot. Semua memanfaatkan ketenaran dari si emak, tentunya dengan harapan dapat menjaring keuntungan dari berduyunnya masyarakat yang hendak menjalani pengobatan.

Bagi saya, mengenang Mak Erot, adalah melihat suatu simbol yang mewakili sebuah dunia yang amat menghamba pada kehidupan keduniawian yang bermuara pada Seks.

Seks, bagi sebagian masyarakat memang dibicarakan dengan amat sembunyi-sembunyi, namun bagi sebagian lagi, membicarakan seks bukanlah hal tabu. Dengan amat terbuka, seks hadir dalam ruang-ruang diskusi di televisi, radio, majalah, Koran dan juga dalam rumpie-rumpie santai di café maupun resto.

Ya ini lah sebuah dunia yang hedonis, kenikmatan duniawi menjadi tujuan dalam segala hal, kenikmatan surgawi dunia merupakan puncak yang setiap kali harus didaki. Maka dari situlah, sejak lama, Mak Erot, obat penguat, obat perangsang, sex magazine, sex toys, sex shop dan segala macam industri ‘hiburan’ yang coba melayani kepuasan napsu purba manusia tersebut, bisa sangat eksis, tidak hanya di dunia barat yang memang secara cultural lebih terbuka , namun juga dalam masyarakat Indonesia yang lebih ‘tertutup’.

Jamu kuat, Jamu sehat, Galian Singset atau pun rapat wangi, hanyalah beberapa contoh saja yang bisa kita sebutkan dari industri tradisional kita yang secara malu-malu memposisikan produknya sebagai ramuan yang mampu meningkatkan kwalitas hubungan suami istri.

Kembali kepada Mak Erot, orang-orang banyak membicarakan keahliannya yang telah menjadi legenda itu yakni, memperbesar …… (tidak usah diperjelas lah .. sudah pada tahu kan ). Dilegendakan bahwa saking mumpuninya kemampuan si emak, bagi siapa yang menginginkan ukuran setara tabung lemang * pun tidak masalah baginya.

Hahahaha apakah sepenting itu masalah ukuran. Apakah ukuran besar menjadi jaminan untuk memberi kebahagiaan bagi pasangan. Dalam sesi wawancara di acara talk show yang saya ceritakan di awal tulisan ini, sempat diwawancarai salah seorang yang pernah mendapat ‘pertolongan’ dari ME, dan jawabannya adalah : ‘demi menyenangkan pasangan’.

Jujurkah jawaban tersebut ?? apa kah memang banyak wanita yang menuntut demikian sehingga pengobatan ala ME ini kok laris manis tanjung kimpul. Atau kah memang si lelakinya saja yang gak percaya diri sehingga merasa perlu untuk merubah standard ukuran yang sudah dianugrahkan oleh Sang Pencipta.

Seorang kawan wanita yang pernah saya tanyakan hal ini malah menjawab dengan sewot dan dia bilang seperti ini : “Kalo ada pria yang datang ke Mak Erot, pasti memang dasar otaknya aja yang ngeres”, “kebanyakan nonton Film Biru” katanya pula, “Kalo emang untuk menyenangkan pasangan, gak usah ke Mak Erot, di atas semua itu, sisi psikologis dalam berhubungan justru merupakan hal yang lebih penting daripada sekadar memperbesar ukuran” lanjutnya, masih sambil sewot, mempertegas argumentasinya.

Di akhir diskusi, kawan saya tadi juga menambahkan : “lebih penting Durasinya dong, buat apa Big Size kalo Cuma bisa dipakai satu menit”.

Saya tertawa, mendengar argumentasi terakhir dari kawan tadi. Kalau dicermati memang ada benarnya, dan mungkin hal itulah yang tidak disadari oleh pria-pria pasien Mak Erot.

Dan apapun argumentasinya, percaya atau tidak percaya, nama Mak Erot telah menjadikan Kecamatan Cisolok – Pelabuhan Ratu menjadi salah satu tujuan pengobatan alternative yang cukup terkenal, dan banyak dikunjungi.

Inilah potongan berita seputar meninggalnya Mak Erot yang saya dapat dari OkeZone.Com

……………………..
……………………..

Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, Mak Erot menghembuskan nafas terakhirnya di saat usianya menginjak 131 tahun. Jasad Mak Erot di makamkan di kampung halamannya di Kampung Cigadog, Desa Caringin, Kecamatan Cisolok.


Di usia lanjutnya, Mak Erot telah mempercayakan usaha pengobatan memperbesar alat kelamin pria itu kepada sejumlah putra-putrinya.


"Usaha pengobatannya banyak tersebar di beberapa daerah, bukan hanya di Jakarta atau Jabar. Tapi juga luar provinsi lainnya. Ini sudah lama dikembangkan oleh anak-anaknya yang mungkin menuruni ilmu Mak Erot," tutur Anwar.


Keberadaan Mak Erot di wilayah Kecamatan Cisolok ini, telah menjadi salah satu faktor melambungnya nama Kabupaten Sukabumi di mata penduduk luar daerah. Nama Mak Erot banyak tersebar di sejumlah papan nama balai pengobatan tradisional yang menjamur di sepanjang jalur utama Kabupaten Sukabumi. Bahkan di Kecamatan Cisolok, nama Mak Erot telah menjadi aset bagi para tukang ojek atau angkutan umum untuk mencari penumpang.


"Nama Mak Erot selalu bergema di terminal Cisolok. Ini biasa dilakukan oleh para tukang ojek dalam menyambut kedatangan warga luar daerah. Secara tidak langsung nama Mak Erot telah menjadi aset bagi mereka untuk mencari nafkah," tutur Nuril Arifin, tokoh pemerhati budaya dan kepercayaan masyarakat. (Toni Kamajaya/Sindo/fit)


Selamat jalan Mak Erot, selamat beristirahat, saya percaya Emak tidak perlu buka praktek lagi di alam sana… Maaf kan saya ketika tadi pagi tertawa saat mendapat kabar meninggalnya Emak.



Keterangan :

1. Lemang : Sejenis penganan yang terbuat dari ketan dengan bumbu santan dan rempah, dimasak dengan cara dibakar dalam satu tabung ruas bambu seukuran lengan orang dewasa.
2. Foto, saya dapat dari kiriman email kawan saya, tidak dijelaskan sumber dan siapa pemilik foto tersebut.