Senin, 17 Oktober 2016

MENGAYUH RODA KEHIDUPAN

Ini Tulisan ke empat dalam blog Diary Sepeda GoBlog yang pernah saya tulis, tujuannya selain untuk mempublikasikan tulisan yang pernah saya tulis, pastinya supaya blog manjidharsana ini jadi tambah postingan heheheheh ... (ngejar target nih satu postingan tiap minggu).

Dari        : Diary Sepeda GoBlog 
Diary 4   : RODA KEHIDUPAN
Posting  : Kamis, 6 September 2012 


Mungkin dua bulan telah berlalu sejak kejadian “Minggu kelabu” yang meruntuhkan kepercayaan diri dalam hati, selama dua bulan itu hasrat untuk menggowes sepeda  sepertinya hilang ditelan asa yang membeku, dan selama masa itu pula sang sepeda terbiarkan saja berdiri merana di sudut halaman, terpapar panas terik matahari serta dinginnya hujan. Hingga akhirnya pada suatu minggu pagi yang sejuk permai, kebetulan tak banyak yang harus saya kerjakan di rumah, tanpa sengaja mata ini tertumbuk pada si sepeda yang teronggok merana di sudut halaman. 

Kondisinya kali ini tampak amat menyedihkan, terlihat dekil; kumal; dan berdebu. Terlebih setelah mencermati lebih jauh,  tampak  lapisan karat menutupi beberapa bagian yang awalnya kinclong berkilau. Bagian roda gigi dan rantainya yang semestinya terbalur minyak pelumas, di sana tampak kering menggiris dan juga berselaput lapisan karat kemerahan. Terenyuh hati ini menyaksikan pemandangan yang memilukan itu. Hadiah ulang tahun dari istri tercinta – yang dulu saya terima dengan rasa haru dan gembira tak terperi – kini harus menanggung lara karena tak pernah lagi saya memperhatikannya atau pun menyentuhnya. Terlebih lagi saat memeriksa kedua rodanya, tak  sedikit pun udara yang tersisa mengisi ruang-ruang pada tabung ban dalamnya, sehingga kedua roda itu pun kempis tak bedaya.

Spontan, segera saya cari lap dan cairan pembersih karat merk WD 40 di lemari penyimpanan,  setelah dapat,  segera saja saya semprotkan ke seluruh badan sepeda sampai ke sudut-sudut yang terkecilnya . Velg dan roda-roda gigi serta rantai tentunya tak luput dari siraman sang cairan pembersih berulang-ulang, sembari semua bagian yang terkontaminasi karat saya gosok secara lembut dengan kain lap kering, saya berusaha sedapat mungkin agar semua karat laknat dan kerak debu dapat tersingkirkan, sehingga tanpa sadar satu kaleng besar cairan pembersih WD 40 tandas demi mengmbalikan kecemerlangan sepeda kesayangan ini.

Setelah puas membersihkan sepeda dan berhasil mengembalikan kilaunya  yang sempat pudar, segera saya menuntunnya keluar, kali ini tujuan saya adalah bengkel motor terdekat untuk memompa roda-roda yang kempis. Beruntung setelah saya periksakan di bengkel, tidak ada bannya yang bocor sehingga cukup dipompakan saja udara segar untuk mengisi tabung ban dalamnya yang telah kosong.  Tak butuh waktu lama, si sepeda sudah siap untuk dipergunakan kembali.

Aaahh.. perlahan tapi pasti semangat untuk menggowes kembali muncul dalam dada, meski ada sedikit ragu namun hasrat ini tak dapat tertahankan untuk kembali menungganginya. Kali ini saya menggenjot pedal-pedalnya secara perlahan, dan dengan lembut sepeda saya bawa menyusuri jalan beraspal yang rata. Tak ingin mengulangi kesalahan-kesalahan terdahulu berbagai variasi ratio roda gigi saya coba sambil menggenjot dengan mantab hingga akhirnya saya dapatkan rasio yang pas  bagi pemula seperti saya untuk bisa mengayuh  dengan nyaman. 

Tanpa terasa sudah hampir satu kilo meter jarak yang saya tempuh, cukup jauh dari bengkel motor  tempat awal saya mulai mengayuh tadi, namun karena waktu sudah hampir siang dan untuk tidak menjadi  takabur saya putuskan untuk berputar arah kembali pulang ke rumah.

Jalan menanjak menuju rumah akhirnya dengan sukses dan aman dapat saya lampaui, meski pun tiba di rumah dengan otot-otot paha yang sedikit gemetaran, namun tak ada masalah yang berarti, hanya perlu sedikit pelemasan, dengan satu keyakinan bahwa sedikit-demi sedikit kekuatannya akan semakin terlatih seiring jam terbang yang bertambah.

Satu minggu berselang, kembali di hari Minggu yang permai, saya kembali mencoba mengayuh sang sepeda dengan perasaan yang lebih pasti bahwa saya sanggup untuk menempuh jarak yang lebih jauh. Dan tak dinyana, walau masih mengayuh secara perlahan dan santai, pantai Kedonganan yang  jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari rumah dapat saya capai dengan selamat dengan waktu tempuh hampir satu jam.   

Wah.. betapa senang dan bangganya hati ini,  meskipun bila dibandingkan dengan pesepeda yang telah berpengalaman kemampuan saya ini belum ada apa-apanya, namun tetap saja ini adalah pencapaian yang luar biasa buat saya. Dan kalau boleh berpikir bijaksana seperti filsuf-filsuf Yunani kuno, sepertinya saya telah menemukan arti  dari sebuah pencapaian kecil yang akan membawa kepada pencapaian-pencapaian yang lebih besar.  Ibarat roda kehidupan, dia akan berputar apabila ada manusia-manusia yang dengan ikhlas mengayuhnya.... Caileeeeeee.... 

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Thx untuk infonya..mampir yuk ke http://elementmtb.com/velocipede-sepeda-jaman-dulu-dengan-satu-roda-besar-dan-roda-kecil/