Kebetulan ada teman yang minta dibuatkan
foto pre wedding untuk acara pernikahan mereka di Bali, wah tentunya ini sebuah
kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk menambah ilmu fotografi saya. Tapi
di sisi lain saya juga cukup dibuat bingung, maklumlah, namanya juga amatir
yang baru belajar motret, saya khawatir kalo nanti hasilnya tidak bagus
tentunya akan mengecewakan teman saya itu. Tentu dapat dimengerti untuk sebuah
acara yang hanya satu kali dalam seuur hidup pastilah kawan saya itu berharap
bisa memiliki photo pre wedding yang baik dan berkesan untuk kenang-kenangan
sesudah berumah tangga nanti.
Modal saya sebagai pembelajar fotography
bisa dibilang sangat minim, saya hanya memiliki sebuah kamera DSLR kelas pemula
yakni Canon D1100, plus sebuah lensa Kit Canon
18 – 55 mm; sebuah lensa zoom tele Canon 70 – 300 mm; dan sebuah Lensa
Fix Canon 50 mm 1.8. Aksesoris lain yang saya punya hanyalah 2 buah Tripod.
Jangan tanya soal Lampu Kilat ya, hehehe, itu masih dalam rencana belanja nomor
sekian.
Dengan modal seperti di atas amat lah
mengkhawatirkan kalo saya dituntut untuk menghasilkan foto yang bagus, namun
karena yang minta tolong adalah kawan dekat kami, maka rasanya sulit untuk
ditolak dan akhirnya dengan nekat saja saya menyanggupi permintaan foto pre
wedding kawan tersebut, toh pikir saya nanti bisa dilakukan penyuntingan gambar
melalui komputer.
Nah setelah menguatkan hati untuk bersedia
menerima order foto prewedding tersebut, sekarang ada kesulitan lain yang harus
dipertimbangkan yakni persoalan waktu
dan lokasi pemotretan, maklum saja karena calon mepelai pria tinggal di Jakarta
untuk melanjutkan studinya, maka praktis ia hanya menyisakan hari Sabtu dan
Minggu saja untuk ke Bali, itu pun waktu yang ada harus dibagi lagi untuk
mengurus segala persiapan pernikahan mulai dari mencari tempat pemberkatan;
menghubungi majelis gereja yg akan membantu acara pemberkatan, hingga reservasi
tempat resepsi; sewa gaun pengantin; tempat penginapan keluarga dan lain
sebagainya. Setelah berunding akhirnya kami memutuskan memilih
lokasi pemotretan di sekitar komplek perumahan kami saja, dengan tujuan agar lebih fleksibel dalam penentuan waktu
pelaksanaan, sehingga tidak perlu mencari lokasi di luar kota yang dapat
memakan waktu satu hari penuh.
Keuntungan lain dari pemilihan lokasi di
area komplek perumahan adalah saya bisa menampilkan lokasi foto prewedding yang
tidak “pasaran” jika dibandingkan dengan lokasi di area-area wisata yang sudah
dikenal banyak orang. Kebetulan area depan komplek perumahan kami di Bali Arum
– Jimbaran memiliki beberapa fasilitas
umum yang memadai seperti: Pura tempat peribadatan; Wantilan;
Kolam Air Mancur dan taman bermain yang cukup asri dengan sentuhan tradisional
Bali, sehingga cukup artistik sebagai tempat foto preweding. Saya hanya perlu
mencari titik-titik lokasi yang “eye catching” untuk memperkuat tampilan foto
keseluruhan.
Mengingat
waktu yang sangat terbatas, konsep yang
ingin saya tampilkan adalah informal seolah-olah kedua calon mempelai sedang
menikmati suasana sore di lingkungan tempat tinggal kami. Dan untuk itu saya
meminta kedua calon mepelai untuk memakai pakaian kasual saja: atasan Putih dan
bawahan celana Jeans warna biru, pertimbangannya adalah agar lebih cepat
bergerak dan berpindah-pindah titik lokasi yang mana tentunya akan sangat repot
dan memakan waktu dibandingkan saya memilih konsep formal dengan pakain full
wedding dress. Untungnya kedua mepelai langsung menyetujui konsep yang saya
usulkan tersebut.
Tibalah hari pelaksanaan, Jam 5 sore saya
telah menunggu kedua model saya untuk memulai pemotretan, namun apa daya saya harus
mengalah karena kedua calon mepelai tersebut masih menjalani uji coba tata rias
make up yang sekaligus akan dipergunakan untuk tatarias pada pemotretan ini. Satu jam berlalu dan sinar matahari sudah
mulai berkurang teriknya, tentu saja hal ini membuat saya semakin gundah
mengingat saya tidak memiliki lampu flash eksternal sebagai sumber cahaya
apabila nanti hari semakin gelap. Satu-satunya lampu flash yang saya miliki
adalah unit lampu flash yang menyatu pada kamera saya, dan kalo harus
memakainya saya yakin maka hasil fotonya akan terkesan datar dan biasa saja. Jam
6.15 sore barulah keduanya datang ke lokasi, dan dengan sinar matahari yang
mulai redup saya tak memiliki pilihan lain selain menggunakan lensa Canon 50 mm
1.8 yang memiliki bukaan diafragma cukup besar untuk mendapatkan cahaya yang
maksimal.
Dengan waktu yang tinggal sedikit menuju
senja, maka pemotretan harus dapat dilaksanakan secepat mungkin untuk
menjangkau seluruh titik lokasi foto
serta angle pemotretan yang menarik, saya beruntung karena kedua calon
pengantin sangat kooperatif saat difoto, dan tidak menunjukkan kecanggungan
saat saya minta untuk bergaya di depan kamera. Sekitar 45 menit kami habiskan
untuk berfoto pada 8 titik yang berbeda, dan setelah menghabiskan sekitar 130
frame akhirnya kami mendapat beberapa
frame yang kami anggap cukup menarik dan layak untuk kami tampilkan pada acara
pernikahan sahabat saya itu.
Hasil akhir saya beri sedikit sentuhan editing
di photoshop yakni pada seting kecerahan warnanya saja, dan kalo penasaran ingin tahu hasil pemotretan saya naahh ini saya tampilkan beberapa diantaranya :-)
![]() |
Foto Preweding 1 |
![]() | ||||
Foto Preweding 2 |
![]() |
Foto Preweding 3 |
![]() |
Foto Preweding 4 |
Senang rasanya karena kawan saya itu puas dengan
hasil foto yang saya buat, langkah selanjutnya adalah mencetak foto-foto yang
telah kami pilih ke dalam ukuran besar untuk dipajang pada acara pemberkatan
serta resepesi pernikahan di bali dan Jakarta.
![]() |
Foto Preweding 5 |
![]() |
Foto preweding 6 |
![]() |
Foto 7 : Berpose dengan hasil karya |
Wah rasanya bangga sekali saat menyaksikan
karya foto saya terpajang untuk sebuah acara yang sangat penting bagi sepasang
insan yang memasuki fase kehidupan barunya. Selamat untuk kedua mempelai,
sahabat kami : Fred dan Muli.
- Foto 1 - 6 Milik Fred dan Muli
- Besarnya file foto terpaksa dikurangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar