Kamis, 15 Oktober 2015

ORDER PERTAMA MEMOTRET PREWEDING

Kebetulan ada teman yang minta dibuatkan foto pre wedding untuk acara pernikahan mereka di Bali, wah tentunya ini sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk menambah ilmu fotografi saya. Tapi di sisi lain saya juga cukup dibuat bingung, maklumlah, namanya juga amatir yang baru belajar motret, saya khawatir kalo nanti hasilnya tidak bagus tentunya akan mengecewakan teman saya itu. Tentu dapat dimengerti untuk sebuah acara yang hanya satu kali dalam seuur hidup pastilah kawan saya itu berharap bisa memiliki photo pre wedding yang baik dan berkesan untuk kenang-kenangan sesudah berumah tangga nanti.


Modal saya sebagai pembelajar fotography bisa dibilang sangat minim, saya hanya memiliki sebuah kamera DSLR kelas pemula yakni Canon D1100, plus sebuah lensa Kit Canon  18 – 55 mm; sebuah lensa zoom tele Canon 70 – 300 mm; dan sebuah Lensa Fix Canon 50 mm 1.8. Aksesoris lain yang saya punya hanyalah 2 buah Tripod. Jangan tanya soal Lampu Kilat ya, hehehe, itu masih dalam rencana belanja nomor sekian.


Dengan modal seperti di atas amat lah mengkhawatirkan kalo saya dituntut untuk menghasilkan foto yang bagus, namun karena yang minta tolong adalah kawan dekat kami, maka rasanya sulit untuk ditolak dan akhirnya dengan nekat saja saya menyanggupi permintaan foto pre wedding kawan tersebut, toh pikir saya nanti bisa dilakukan penyuntingan gambar melalui komputer.


Nah setelah menguatkan hati untuk bersedia menerima order foto prewedding tersebut, sekarang ada kesulitan lain yang harus dipertimbangkan  yakni persoalan waktu dan lokasi pemotretan, maklum saja karena calon mepelai pria tinggal di Jakarta untuk melanjutkan studinya, maka praktis ia hanya menyisakan hari Sabtu dan Minggu saja untuk ke Bali, itu pun waktu yang ada harus dibagi lagi untuk mengurus segala persiapan pernikahan  mulai dari mencari tempat pemberkatan; menghubungi majelis gereja yg akan membantu acara pemberkatan, hingga reservasi tempat resepsi; sewa gaun pengantin; tempat penginapan keluarga dan lain sebagainya. Setelah berunding akhirnya kami memutuskan memilih lokasi pemotretan di sekitar komplek perumahan kami saja, dengan tujuan agar  lebih fleksibel dalam penentuan waktu pelaksanaan, sehingga tidak perlu mencari lokasi di luar kota yang dapat memakan waktu satu hari penuh.


Keuntungan lain dari pemilihan lokasi di area komplek perumahan adalah saya bisa menampilkan lokasi foto prewedding yang tidak “pasaran” jika dibandingkan dengan lokasi di area-area wisata yang sudah dikenal banyak orang. Kebetulan area depan komplek perumahan kami di Bali Arum – Jimbaran memiliki beberapa  fasilitas umum  yang memadai  seperti: Pura tempat peribadatan; Wantilan; Kolam Air Mancur dan taman bermain yang cukup asri dengan sentuhan tradisional Bali, sehingga cukup artistik sebagai tempat foto preweding. Saya hanya perlu mencari titik-titik lokasi yang “eye catching” untuk memperkuat tampilan foto keseluruhan.


Mengingat waktu yang sangat terbatas,  konsep yang ingin saya tampilkan adalah informal seolah-olah kedua calon mempelai sedang menikmati suasana sore di lingkungan tempat tinggal kami. Dan untuk itu saya meminta kedua calon mepelai untuk memakai pakaian kasual saja: atasan Putih dan bawahan celana Jeans warna biru, pertimbangannya adalah agar lebih cepat bergerak dan berpindah-pindah titik lokasi yang mana tentunya akan sangat repot dan memakan waktu dibandingkan saya memilih konsep formal dengan pakain full wedding dress. Untungnya kedua mepelai langsung menyetujui konsep yang saya usulkan tersebut.


Tibalah hari pelaksanaan, Jam 5 sore saya telah menunggu kedua model saya untuk memulai pemotretan, namun apa daya saya harus mengalah karena kedua calon mepelai tersebut masih menjalani uji coba tata rias make up yang sekaligus akan dipergunakan untuk tatarias pada pemotretan ini.  Satu jam berlalu dan sinar matahari sudah mulai berkurang teriknya, tentu saja hal ini membuat saya semakin gundah mengingat saya tidak memiliki lampu flash eksternal sebagai sumber cahaya apabila nanti hari semakin gelap. Satu-satunya lampu flash yang saya miliki adalah unit lampu flash yang menyatu pada kamera saya, dan kalo harus memakainya saya yakin maka hasil fotonya akan terkesan datar dan biasa saja. Jam 6.15 sore barulah keduanya datang ke lokasi, dan dengan sinar matahari yang mulai redup saya tak memiliki pilihan lain selain menggunakan lensa Canon 50 mm 1.8 yang memiliki bukaan diafragma cukup besar untuk mendapatkan cahaya yang maksimal.


Dengan waktu yang tinggal sedikit menuju senja, maka pemotretan harus dapat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjangkau seluruh  titik lokasi foto serta angle pemotretan yang menarik, saya beruntung karena kedua calon pengantin sangat kooperatif saat difoto, dan tidak menunjukkan kecanggungan saat saya minta untuk bergaya di depan kamera. Sekitar 45 menit kami habiskan untuk berfoto pada 8 titik yang berbeda, dan setelah menghabiskan sekitar 130 frame  akhirnya kami mendapat beberapa frame yang kami anggap cukup menarik dan layak untuk kami tampilkan pada acara pernikahan sahabat saya itu.


Hasil akhir saya beri sedikit sentuhan editing di photoshop yakni pada seting kecerahan warnanya saja, dan kalo penasaran ingin tahu hasil pemotretan saya naahh ini saya tampilkan beberapa diantaranya :-)


Foto Preweding 1

Foto Preweding 2

Foto Preweding 3

Foto Preweding 4




Senang rasanya karena kawan saya itu puas dengan hasil foto yang saya buat, langkah selanjutnya adalah mencetak foto-foto yang telah kami pilih ke dalam ukuran besar untuk dipajang pada acara pemberkatan serta resepesi pernikahan di bali dan Jakarta.

Foto Preweding 5

Foto preweding 6

Foto 7 : Berpose dengan hasil karya



Wah rasanya bangga sekali saat menyaksikan karya foto saya terpajang untuk sebuah acara yang sangat penting bagi sepasang insan yang memasuki fase kehidupan barunya. Selamat untuk kedua mempelai, sahabat kami : Fred  dan Muli.


Note:
- Foto 1 - 6 Milik Fred dan Muli
- Besarnya file foto terpaksa dikurangi


Tidak ada komentar: