Jumat, 11 Juli 2008

UKURAN vs DURASI

Pagi ini saya menerima sebuah email dari seorang kawan nun jauh di benua Amerika sana, berita yang saya terima adalah sebuah berita kematian. Namun Inilah berita kematian yang tidak saya sambut dengan rasa duka, sebuah berita duka cita (kalo boleh dibilang begitu) yang sambut dengan senyum geli bahkan hampir tertawa.

Apa pasal ? , karena tokoh yang meninggal ini, meski pun akrab namanya di telinga saya, namun saya lebih mengenangnya dari joke-joke yang sering saya dengar dan juga dari komentar-komentar ngawur sekitar kepiawaian tokoh yang meninggal tersebut.

Ya, saya baru saja menerima berita tentang meninggalnya Mak Erot, yang berpulang tanggal 28 Juni 2008 lalu, pada usia yang diperkirakan mencapai 131 thn.



Foto 1. : Mak Erot

Tulisan saya ini tidak hendak mengenang pribadi Mak Erot di massa hidupnya, atau pun menjadi obituary bagi kepulangannya, karena saya memang tidak mengenal beliau secara langsung maupun secara pribadi. Dan saya juga bukan salah seorang pasiennya, samasekali bukan. Bahkan saya tidak tahu harus mengkonfirmasi kepada siapa mengenai berita meninggalnya si Emak ini.

Berita meninggalnya Mak Erot akhirnya saya dapat setelah mencari di search engine, itu pun tanggal meninggal beliau masih simpang siur, karena ada yang mengatakan tanggal 5 Juli 2008, tapi ada juga yang menyebutkan tanggal 28 Juni 2008 seperti yang saya terima melalui email. Tampaknya si Emak, dalam meninggalnya pun masih memberikan aura misterius bagi masyarakat di seputar tempat tinggalnya.

Dulu sekali, saya mengira Bahwa Mak Erot ini hanyalah salah satu tokoh rekaan atau pun mitos dalam sejumlah joke yang saya dengar, sampai akhirnya saya sadari bahwa Mak Erot ternyata adalah tokoh yang nyata & eksis, kala suatu kali saya melihat acara Talk Show di televisi menghadirkan Mak Erot sebagai bintang tamu

Gambaran saya mengenai sosok Mak Erot yang erotis pun seketika sirna, yang saya saksikan adalah sosok wanita yang sudah teramat berumur dan renta, namun dengan segala keluguannya, beliau terlihat amat piawai menjawab pertanyaan dari pembawa acara, meski untuk itu beliau membutuhkan cucunya guna menterjemahkan pertanyaan si pembawa acara dalam bahasa Indonesia ke bahasa Sunda. (konon, episode talkshow ini sampai ditayangkan ulang oleh stasiun televisi, karena banyaknya permintaan dari pemirsa).

Di tengah wawancara, acara talk show tersebut dilengkapi pula dengan ilustrasi bahwa di sepanjang jalan menuju ke desanya - Kampung Cigadok, Kecamatan Cisolok , Pelabuhan Ratu - bertaburan klinik-klinik traditional yang mengaku-ngaku sebagai kerabat, anak, cucu atau pun kemenakan Mak Erot. Semua memanfaatkan ketenaran dari si emak, tentunya dengan harapan dapat menjaring keuntungan dari berduyunnya masyarakat yang hendak menjalani pengobatan.

Bagi saya, mengenang Mak Erot, adalah melihat suatu simbol yang mewakili sebuah dunia yang amat menghamba pada kehidupan keduniawian yang bermuara pada Seks.

Seks, bagi sebagian masyarakat memang dibicarakan dengan amat sembunyi-sembunyi, namun bagi sebagian lagi, membicarakan seks bukanlah hal tabu. Dengan amat terbuka, seks hadir dalam ruang-ruang diskusi di televisi, radio, majalah, Koran dan juga dalam rumpie-rumpie santai di café maupun resto.

Ya ini lah sebuah dunia yang hedonis, kenikmatan duniawi menjadi tujuan dalam segala hal, kenikmatan surgawi dunia merupakan puncak yang setiap kali harus didaki. Maka dari situlah, sejak lama, Mak Erot, obat penguat, obat perangsang, sex magazine, sex toys, sex shop dan segala macam industri ‘hiburan’ yang coba melayani kepuasan napsu purba manusia tersebut, bisa sangat eksis, tidak hanya di dunia barat yang memang secara cultural lebih terbuka , namun juga dalam masyarakat Indonesia yang lebih ‘tertutup’.

Jamu kuat, Jamu sehat, Galian Singset atau pun rapat wangi, hanyalah beberapa contoh saja yang bisa kita sebutkan dari industri tradisional kita yang secara malu-malu memposisikan produknya sebagai ramuan yang mampu meningkatkan kwalitas hubungan suami istri.

Kembali kepada Mak Erot, orang-orang banyak membicarakan keahliannya yang telah menjadi legenda itu yakni, memperbesar …… (tidak usah diperjelas lah .. sudah pada tahu kan ). Dilegendakan bahwa saking mumpuninya kemampuan si emak, bagi siapa yang menginginkan ukuran setara tabung lemang * pun tidak masalah baginya.

Hahahaha apakah sepenting itu masalah ukuran. Apakah ukuran besar menjadi jaminan untuk memberi kebahagiaan bagi pasangan. Dalam sesi wawancara di acara talk show yang saya ceritakan di awal tulisan ini, sempat diwawancarai salah seorang yang pernah mendapat ‘pertolongan’ dari ME, dan jawabannya adalah : ‘demi menyenangkan pasangan’.

Jujurkah jawaban tersebut ?? apa kah memang banyak wanita yang menuntut demikian sehingga pengobatan ala ME ini kok laris manis tanjung kimpul. Atau kah memang si lelakinya saja yang gak percaya diri sehingga merasa perlu untuk merubah standard ukuran yang sudah dianugrahkan oleh Sang Pencipta.

Seorang kawan wanita yang pernah saya tanyakan hal ini malah menjawab dengan sewot dan dia bilang seperti ini : “Kalo ada pria yang datang ke Mak Erot, pasti memang dasar otaknya aja yang ngeres”, “kebanyakan nonton Film Biru” katanya pula, “Kalo emang untuk menyenangkan pasangan, gak usah ke Mak Erot, di atas semua itu, sisi psikologis dalam berhubungan justru merupakan hal yang lebih penting daripada sekadar memperbesar ukuran” lanjutnya, masih sambil sewot, mempertegas argumentasinya.

Di akhir diskusi, kawan saya tadi juga menambahkan : “lebih penting Durasinya dong, buat apa Big Size kalo Cuma bisa dipakai satu menit”.

Saya tertawa, mendengar argumentasi terakhir dari kawan tadi. Kalau dicermati memang ada benarnya, dan mungkin hal itulah yang tidak disadari oleh pria-pria pasien Mak Erot.

Dan apapun argumentasinya, percaya atau tidak percaya, nama Mak Erot telah menjadikan Kecamatan Cisolok – Pelabuhan Ratu menjadi salah satu tujuan pengobatan alternative yang cukup terkenal, dan banyak dikunjungi.

Inilah potongan berita seputar meninggalnya Mak Erot yang saya dapat dari OkeZone.Com

……………………..
……………………..

Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, Mak Erot menghembuskan nafas terakhirnya di saat usianya menginjak 131 tahun. Jasad Mak Erot di makamkan di kampung halamannya di Kampung Cigadog, Desa Caringin, Kecamatan Cisolok.


Di usia lanjutnya, Mak Erot telah mempercayakan usaha pengobatan memperbesar alat kelamin pria itu kepada sejumlah putra-putrinya.


"Usaha pengobatannya banyak tersebar di beberapa daerah, bukan hanya di Jakarta atau Jabar. Tapi juga luar provinsi lainnya. Ini sudah lama dikembangkan oleh anak-anaknya yang mungkin menuruni ilmu Mak Erot," tutur Anwar.


Keberadaan Mak Erot di wilayah Kecamatan Cisolok ini, telah menjadi salah satu faktor melambungnya nama Kabupaten Sukabumi di mata penduduk luar daerah. Nama Mak Erot banyak tersebar di sejumlah papan nama balai pengobatan tradisional yang menjamur di sepanjang jalur utama Kabupaten Sukabumi. Bahkan di Kecamatan Cisolok, nama Mak Erot telah menjadi aset bagi para tukang ojek atau angkutan umum untuk mencari penumpang.


"Nama Mak Erot selalu bergema di terminal Cisolok. Ini biasa dilakukan oleh para tukang ojek dalam menyambut kedatangan warga luar daerah. Secara tidak langsung nama Mak Erot telah menjadi aset bagi mereka untuk mencari nafkah," tutur Nuril Arifin, tokoh pemerhati budaya dan kepercayaan masyarakat. (Toni Kamajaya/Sindo/fit)


Selamat jalan Mak Erot, selamat beristirahat, saya percaya Emak tidak perlu buka praktek lagi di alam sana… Maaf kan saya ketika tadi pagi tertawa saat mendapat kabar meninggalnya Emak.



Keterangan :

1. Lemang : Sejenis penganan yang terbuat dari ketan dengan bumbu santan dan rempah, dimasak dengan cara dibakar dalam satu tabung ruas bambu seukuran lengan orang dewasa.
2. Foto, saya dapat dari kiriman email kawan saya, tidak dijelaskan sumber dan siapa pemilik foto tersebut.

Tidak ada komentar: